Pengertian Teori dan Model Dalam Komunikasi
•Pengertian Teori
Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian sebagai berikut:
-Teori adalah abstraksi dari realitas
-Teori terdiri dari sekumpulan prinsip-prinsip dan definisi-definisi yang secara
konseptual mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis.
-Teori terdiri dari teorema-teorema yakni generalisasi yang diterima/terbukti secara
empiris.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan “konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena”.
Teori memiliki dua ciri umum:
a.semua teori adalah “abstraksi” tentang suatu hal. Dengan demikian teori sifatnya
terbatas.
b.Semua teori adalah konstruksi ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu sifatnya
relatif dalam arti tergantung pada cara pandang si pencipta teori, sifat dan aspek
hal yang diamati, serta kondisi-kondisi lain yang mengikat seperti waktu, tempat
dan lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan uraian di atas, secara sederhana dapat dijelaskan bahwa teori komunikasi adalah: “konseptualisasi atau penjelasan logis tentang fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia”. Peristiwa yang dimaksud mencakup produksi, proses, dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Sifat, Tujuan dan Fungsi Teori
Sifat dan tujuan teori menurut Abraham Kaplan (1964) adalah bukan semata untuk menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta merepresentasikan fakta tersebut. Teori yang baik adalah teori yang konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Apabila konsep dan penjelasan teori tidak sesuai dengan realitas, maka keberlakuannya diragukan dan teori demikian tergolong teori semu.
Menurut Littlejohn (1996) fungsi teori ada 9 (sembilan) yaitu:
1)Mengorganisasikan dan menyimpulkan
Kita tidak melihat dunia dalam kepingan-kepingan data. Sehingga dalam mengamati realitas kita tidak boleh melakukannya setengah-setengah. Kita perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat dicari dan ditemukan. Kemudian diorganisasikan dan disimpulkan. Hasilnya berupa teori dapat dipakai sebagai rujukan atau dasar bagi upaya-upaya studi berikutnya.
2)Memfokuskan
Teori pada dasarnya hanya menjelaskan tentang suatu hal bukan banyak hal. Untuk itu aspek-aspek dari suatu objek harus jelas fokusnya.
3)Menjelaskan
Teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya. Penjelasan ini berguna untuk memahami pola-pola, hubungan-hubungan dan juga menginterpretasikan fenomena-fenomena tertentu. Atau dengan kata lain teori-teori menyediakan tonggak-tonggak penunjuk jalan untuk menafsirkan, menerangkan dan memahami kompleksitas dari hubungan-hubungan manusia.
4)Mengamati
Teori tidak hanya menjelaskan tentang apa yang sebaiknya diamati tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya. Terutama bagi teori-teori yang memberikan definisi-definisi operasional, teoretikus bersangkutan memberikan kemungkinan indikasi yang paling tepat mengenai apa yang diartikan oleh suatu konsep tertentu. Jadi dengan mengikuti petunjuk-petunjuk kita dibimbing untuk mengamati seluk beluk yang diuraikan oleh teori itu.
5)Membuat prediksi
Fungsi prediksi ini dengan berdasarkan data dan hasil pengamatan maka harus dapat dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang bakal terjadi apabila hal-hal yang digambarkan oleh teori juga tercermin dalam kehidupan di masa sekarang.
6)Heuristik (membantu proses penemuan)
Sebuah aksioma yang terkenal adalah bahwa suatu teori yang baik melahirkan penelitian. Teori yang diciptakan harus dapat merangsang timbulnya upaya-upaya penelitian selanjutnya.
7)Mengkomunikasikan pengetahuan
Teori harus dipublikasikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap kritikan-kritikan. Sehingga penyempurnaan teori akan dapat dilakukan.
8)Kontrol/mengawasi
Fungsi ini timbul dari persoalan-persoalan nilai, di dalam mana teoretikus berusaha untuk menilai keefektifan dan kepatutan perilaku tertentu. Teori dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau pengontrol tingkah laku kehidupan manusia.
9)Generatif
Fungsi ini terutama sekali menonjol dikalangan pendukung aliran interpretif dan teori kritis. Menurut mereka, teori juga berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan kultural, serta sarana untuk menciptakan pola dan cara kehidupan yang baru.
Mengapa Kita Mempelajari Teori Komunikasi ?
Disamping memenuhi kuriositas (memenuhi kebutuhan untuk mengetahui) dari mahasiswa mengenai komunikasi, studi tentang teori komunikasi juga berharga pada pijakan-pijakan yang lain. Komunikasi adalah salah satu kelompok perilaku kita yang paling dapat menembus (pervasive), paling penting dan paling rumit (complex). Kemampuan untuk berkomunikasi pada level yang lebih tinggi membedakan makhluk manusia dari makhluk-makhluk yang lain. Hidup kita sehari-hari dipengaruhi secara kuat oleh komunikasi kita dengan orang-orang lain maupun oleh pesan-pesan dari orang-orang lain yang jauh tempatnya dan tidak kita kenal. Jika terdapat kebutuhan untuk mengetahui mengenai dunia kita, maka kebutuhan itu meluas sampai kepada seluruh aspek perilaku manusia, terutama manusia.
Secara khusus, suatu pengertian tentang teori-teori komunikasi yang sistimatis merupakan sebuah langkah penting ke arah menjadikan seorang individu lebih kompeten (tanggap) dan lebih adaptive (dapat menyesuaikan diri). Sehingga kita akan dapat melihat hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dilihat. Tetapi dari keseluruhan alasan tersebut, alasan utama kita mempelajari teori komunikasi adalah bahwa teori-teori memberi seperangkat alat konseptual yang berguna.
Studi Akademis Tentang Teori Komunikasi
Teori komunikasi adalah bermacam-macam, sebab komunikasi itu sendiri selalu hadir dan kompleks. Mencari teori komunikasi yang paling baik sama sekali tidak berguna, karena komunikasi bukanlah sebuah perbuatan yang bersifat tunggal dan menyatu, tetapi sebuah proses yang terdiri dari banyak kumpulan tingkah laku. Tiap-tiap teori melihat kepada proses itu dari sudut yang berbeda, dan tiap teori memberikan wawasan-wawasan (pengertian atau pengetahuan yang dalam) tentang lingkupnya sendiri. Tentu saja semua teori tidak sama-sama sahih (valid) atau berguna, dan tiap investigator tertentu bisa menemukan teori atau teori-teori spesifik lebih berguna untuk pekerjaan yang dilakukan. Kita harus menyambut dan bukan menghindari pendekatan yang multi-teoretis kepada proses yang rumit dari komunikasi.
•Pengertian Model
Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Model jelas bukan fenomena itu sendiri. Model hanya sebagai alat untuk menjelaskan fenomena. Kita sering mencampuradukkan antara model komunikasi dengan fenomena komunikasi. Sebagai alat untuk menjelaskan fenomena komunikasi, model mempermudah penjelasan tersebut. Hanya saja model tersebut sekaligus mereduksi fenomena komunikasi. Artinya ada nuansa komunikasi lainnya yang mungkin terabaikan dan tidak terjelaskan oleh model tersebut.
Menurut Sereno dan Mortensen, (dalam Mulyana. 2001:121) model komunikasi adalah deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu model merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam “dunia nyata”.
Pakar komunikasi yang lain, Aubrey Fisher, mengatakan bahwa model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model. Model dapat dikatakan sebagai gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata lain, model adalah teori yang lebih disederhanakan. Atau seperti dikatakan Werner J.Severin dan James W. Tankard, Jr. Model membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model sering dicampuradukkan dengan teori. Oleh karena kita memilih unsur-unsur tertentu yang kita masukkan dalam model, suatu model mengimplikasikan penilaian atas relevansi, dan ini pada gilirannya mengimplikasikan suatu teori mengenai fenomena yang diteorikan. Model dapat berfungsi sebagai basis bagi suatu teori yang lebih kompleks, alat untuk menjelaskan teori dan menyarankan cara-cara untuk memperbaiki konsep-konsep.
2.2Fungsi dan Manfaat Model
Gordon Wiseman dan Larry Barker (dalam Mulyana, 2001:123) menjelaskan tiga fungsi model komunikasi:
-melukiskan proses komunikasi
-menunjukkan hubungan visual
-membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.
Deutcsch menyebutkan bahwa model mempunyai 4 fungsi:
-mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan) yang tadinya tidak teramati.
-heuristik (menunjukkan fakta-fakta dan metode baru yang tidak diketahui)
-prediktif, memungkinkan peramalan dari sekedar tipe ya atau tidak hingga yang
kuantitatif yang berkenaan dengan kapan dan berapa banyak.
-Pengukuran, mengukur fenomena yang diprediksi.
Menurut Irwin D.J. Bross, menjelaskan beberapa manfaat model:
-menyediakan kerangka rujukan untuk memikirkan masalah bila model awal tidak
berhasil memprediksi.
-Model mungkin menyarankan kesenjangan informasional yang tidak segera tampak dan
konsekuensinya dapat menyarankan tindakan yang berhasil.
-Terbukanya problem abstraksi.
2.3 Tipologi Model
a. Model verbal:
Model verbal adalah model atau teori yang dinyatakan dengan kata-kata, meskipun bentuknya sangat sederhana. Misalnya: Definisi komunikasi Lasswell, model SMCR David Berlo, dll. Model verbal sangat berguna, terutama untuk menyatakan hipotesis atau menyajikan suatu hasil penelitian. Model ini sering dibantu dengan grafik, diagram atau gambar, contohnya model struktur organisasi
b. Model Ikonik:
Model yang penampilan umumnya (rupa bentuk, tanda-tanda) menyerupai objek yang dimodelkan, seperti modek pesawat terbang, boneka, mannequin, maket sebuah gedung atau kompleks perumahan, model pesawat terbang, model bumi (globe) dll.
Perangkat yang ditunjukkkan model pesawat terbang misalnya boleh jadi meliputi mesin pesawat, interior pesawat, kendali yang dapat dioperasikan, bahkan mekanisme radionya. Model pesawat terbang jauh lebih mudah dipelajari daripada pesawat terbang yang sebenarnya karena berbagai alasan. Akan tetapi ada bahaya oversimplifikasi. Sebagian ciri pesawat terbang yang sebenarnya mungkin terabaikan bila kita terlalu memperhatikan modelnya. Inilah resiko mempelajari fenomena lewat model.
c. Model analog:
Mempunyai fungsi seperti yang dimodelkan, meskipun bentuk fisik tidak serupa, seperti komputer yang fungsinya menyerupai otak manusia.
d. Model Matematik:
Penggunaan model matematik ini lazim dalam mempelajari atau mengembangkan ilmu pengetahuan alam. Misalnya, model Isaac Newton (E = mc2 ) dan Albert Einstein.
Model dalam Perspektif Ilmu Komunikasi
Pada dasarnya model komunikasi juga mempunyai sifat dan fungsi yang mirip dengan model-model lain yang telah dibahas. Hanya saja, oleh karena dalam ilmu sosial, termasuk ilmu komunikasi, terdapat berbagai perspektif atau paradigma, maka lazimnya terdapat berbagai model untuk menjelaskan suatu fenomena yang diamati. Oleh karena sifat fenomena sosial yang sangat cair, dinamis, dan berubah-ubah, yang membedakan perilaku manusia dengan perilaku objek alam yang dianggap statis, pembuatan model fenomena sosial menjadi lebih sulit. Bukanlah suatu hal yang aneh bila dalam ilmu komunikasi terdapat dua model komunikasi yang tampak bertentangan, seperti model S-R (stimulus-respons) dan model interaksional.
Berdasarkan paradigma yang berbeda itu, ilmuwan sosial yang berpandangan objektif/positivistik, yang menganggap bahwa ada keteraturan dalam perilaku manusia (manusia cenderung dianggap pasif), seperti perilaku alam, tidak jarang menggunakan model matematik, misalnya dalam bentuk hipotesis yang harus diuji melalui perhitungan statistik. Sedangkan di sisi lain ilmuwan sosial berpandangan subyektif/interpretif/fenomenologis, yang menganggap bahwa manusia aktif, biasanya lebih banyak menggunakan model verbal. Akan tetapi, untuk menjelaskan fenomena komunikasi secara umum atau mendasar, kedua kubu tersebut sama-sama sering menggunakan model diagramatik, sebagai salah satu versi dari model simbolik. Hanya saja, penggunaan model diagramatik juga memang lebih lazim di kalangan ilmuwan positivis daripada dikalangan ilmuwan fenomenologis, seperti yang tampak pada model-model komunikasi yang bersifat linear yang akan kita bahas berikutnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar